source: google.com
|
Benteng Orange merupakan benteng Belanda pertama di Nusantara yang di bangun pada tahun 1607 di Ternate, Maluku Utara oleh Gubernur Jendral Belanda Matelief De Jonge. Benteng ini merupakan bekas peniggalan benteng tua yang dibangun oleh Melayu yang diberi nama Benteng Malayo. Benteng ini juga pernah menjadi pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda, yang dipimpin oleh Gubernur Jendral VOC Pieter Both, Laurenz Real, Herarld Reyist dan J.C Coum.
Benteng ini terletak di pusat kota Ternate dengan kondisi fisik yang masih utuh, namun kondisinya kurang terawat sehingga di dalam benteng ini didiami oleh kesatuan POLRI dan Angkatan Darat. Pada tahun 1822 benteng ini juga pernah menjadi tempat pengasingan Sultan Badarudin II dari Palembang. Sehingga pada tahun 1852 Sultan Badarudin II meninggal dan dimakamkan di kecamatan Santiong.
source: google.com
|
Benteng ini juga terkenal dengan kemampuannya pada jaman itu untuk menghadang musuh baik dari laut maupun darat. Anda akan menemukan 13 meriam sisa peninggalan penjajah di dalam benteng ini, namun sayangnya beberapa bagian meriam telah di ambil oleh orang.
source: google.com
|
Bangunan ini dibangun menggunakan kombinasi batu karang, batu kali dan pecahan kaca, merupakan benteng yang disegani pada jamannya, hingga kini pun sisa-sisa kemegahan itu masih nampak. Pintu masuk kedalam benteng ini pun tidak terlalu menonjol, karena tertutup poleh pedagang kaki lima yang berjualan di depan benteng.
Selain Benteng Orange, di Ternate juga terdapat pula sisa-sisa peniggalan benteng Portugis, Spanyol dan Belanda. Seperti Benteng Kalamata, Benteng Toluko, Bentang Kastela dan Benteng Kota. Namun ironisnya hanya Benteng Toluko dan Kalamata saja yang bangunannya masih terawat.
Untuk mengunjungi sisa-sisa peninggalan sejarah tersebut Anda perlu waktu satu hari penuh. Ojek merupakan alat transportasi yang disarankan oleh kami, selain murah sepeda motor juga akan lebih cepat melintasi jalan-jalan di sudut kota Ternate dibandingkan kendaraan lain.
Biaya sewa ojek perhari sekitar Rp.75.000 - Rp.100.000/hari tergantung selihai apa Anda menawarinya. Kalau tidak ingin mencarter Anda bisa menyewa ojek dengan harga Rp.3.000; - Rp.5.000, tergantung seberapa jauh lokasinya. Selain itu Anda juga bisa menggunakan angkutan umum atau mikrolet dengan tarif harga Rp.2.000:-.#AyoKeMaluku
0 komentar:
Post a Comment